MAKALAH
SEJARAH
“AKULTURASI
DALAM BIDANG SENI RUPA “
GURU PEMBIMBING :SATRIAL YAQUB S.Pd
DISUSUN OLEH :
TAMA SILVIANA
XI IPS 1
XI IPS 1
SMA UNGGUL SAKTI
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat,taufik dan hidayahNyalah penulis masih diberikan kesehatan
maupun kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun
banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, Alhamdulillah penulis selalu
tegar menghadapinya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung pembuatan makalah ini. Penulis sangat menyadari
masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi kajian, pendekatan
maupun cara penulisannya, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan
dari pembaca, agar kedepannya penulis dapat membuat makalah sebaik mungkin.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
teman-teman mahasiswa lainnya dan juga tentunya bermanfaat bagi penulis
sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
JAMBI,17
NOVEMBER 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan
Pembahasan ……………………………………………………………
BAB II
Pembahasan
1.
Seni Rupa Pada Tradisi Lokal
2.
Akulturasi Hindu Budha Dalam Bidang Seni Rupa
3.
Akulturasi islam Dalam Bidang Seni
Rupa
BAB III
Kesimpulan
DAFTAR RUJUKAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seni rupa muncul dan berkembang
di mulai sejak manusia dilahirkan di muka bumi. Sejak kecil manusia telah mampu
merasakan keindahan karya seni, misalnya merasakan keindahan warna warni (seni
rupa), keindahan senandung sang ibu (seni musik), dan keindahan lenggokan gerak
(seni tari). Semasa hidup, manusia tidak bisa terlepas dengan kesenian. Manusia
memerlukan rekreasi untuk menyegarkan rohani/jiwa yang dapat dipenuhi
dengan berkreasi, berekspresi dan menikmati karya seni. Karya seni rupa
merupakan salah satu media ekspresi, kreasi dan rekreasi yang dapat memberi
hiburan untuk kepuasan batin. Menikmati karya seni rupa murni merupakan suatu
proses untuk menumbuh kemampuan berapresiasi.
Pada awalnya keberadaan seni rupa
digunakan untuk upacara ritual suatu adat atau agama, karena itulah kebanyakan
karya seni rupa yang diciptakan bersifat magis. Hal tersebut dapat dilihat dari
perkembangan seni rupa di wilayah Nusantara.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
bentuk-bentuk seni rupa pada tradisi lokal ?
2. Apa
saja hasil seni rupa pada tradisi lokal ?
3. Bagaimana
pengaruh akulturasi terhadap seni rupa di indonsia ?
4. Apa
Saja Hasil Akulturasi Budaya hindu budha Dalam seni rupa
5. Apa
Saja hAsil Budaya islam Dalam seni rupa ?
TUJUAN
1. Memberikan
pengetahuan tentang akulturasi budaya lokal,hindu budha,islam dalam seni rupa
2. Mengetahui
perkembangan seni rupa di Indonesia
3.
Memberikan
pengetauan tentang hasil karya dalam seni rupa dari budaya lokal, akulturasi hindu
budha,islam,
4.
Mengetahui
pengaruh dari budaya hindu budha dan islam terhadap seni rupa di Indonesia
PEMBAHASAN
Akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
menurut Koentjaraningrat, akulturasi
adalah proses sosial yang terjadi ketika kelompok sosial dengan kebudayaan
tertentu terkena budaya asing yang berbeda. Persyaratan proses akulturasi
adalah senyawa (afinitas) bahwa penerimaan budaya tanpa rasa kejutan, maka
keseragaman (homogenitas) sebagai nilai baru dicerna karena tingkat dan pola
budaya kesamaan.
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk
karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan.
Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
1. Seni
Rupa Pada Tradisi Lokal
Secara
umum, menurut para ahli, seni rupa pada zaman pra
sejarah Indonesia
memiliki tiga corak, yaitu monumental, dongson dan chow akhir.
Pada corak monumental, terutama yang
berkembang di zaman neolitikum, karya seni rupanya memiliki ciri:
- Bentuk tiga dimensional yang menggambarkan atau mewujudkan tokoh nenek moyang secara frontal.
- Banyak memunculkan motif simbilik, seperti tanduk kerbau, pohon hayat dan kedok.
- Memiliki irama garis yang bersudut – sudut, sederhana serta kaku.
Pada corak Dongson, ciri khas yang
dapat dijumpai adalah:
- Adanya pengaruh motif dari daerah Tonkin di China
- Dekoratif
- Kurang simbolik
- Memiliki motif hias seperti tumpal dan spiral
Pada corak Chow akhir terdapat ciri:
- Tidak simetris
- Pola garis berirama seperti garis melengkung yang memenuhi permukaan
- Hanya ditemukan di daerah Kalimantan
Jenis Peninggalan Seni Rupa pada
Zaman Pra Sejarah
Ada banyak sekali peninggalan seni
rupa pada zaman pra sejarah Indonesia, berikut adalah beberapa contoh
yang banyak ditemukan:
a)
Seni bangunan
1) Karya Seni Bangunan
Bangunan yang paling tua diketemukan
pada zaman batu menengah (Mesolitikum) berupa gua-gua yang terdapat di daerah
pantai seperti di pantai-pantai Sulawesi Selatan. Peninggalan yang berupa bukit
kerang diketemukan di daerah Sumatera selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa
sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah sudah didirikan
rumah panggung.
Pada zaman Neolitikum kebudayaan
masyarakatnya mulai berkembang dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang
sampai sekarang masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain
bangunan dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal pula bangunan
yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan kepercayaan, seperti :
o
Dolmen
(bangunan makam)
o
Punden
(bangunan berundak)
o
Menhir
(bangunan tugu)
Dalam bentuk perabot seperti : meja
batu, kursi batu, tahta batu, dsb.
b)
Seni
patung
Karya Seni patung
Karya
seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal pada zaman
Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan patung penolak bala.
Gaya patungnya disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan, yaitu batu, kayu
serta bahan lainnya, selain itu patungnya juga banyak dipengaruhi seni
ornamentik. Hasil-hasil peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa
patung-patung memiliki ukuran besar dengan gaya statis, frontal dan bersifat
monumentalis.
a)
Seni lukis
Nenek moyang melukis pada dinding
goa dimana mereka tinggal. Contoh di gua leang-leang, lukisan cap-cap tangan
diperkirakan berumur 4.000 tahun. ada tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan, gambar tangan dengan
jari lengkap bermakna sebagai penolak bala, sementara tangan
dengan empat jari saja berarti ungkapan berdukacita. Gambar itu dibuat
dengan cara menempelkan tangan ke dinding
gua, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Sat pewarna ini
mungkin dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat di sekitar gua (di
batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang mengatakan
dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih. Selain itu ada
lukisan babi hutan yang sedang diujudkan dengan
garis-garis merah, terdapat bekas tonjokan benda tajam di lehernya.
Motif yang lain adalah gajah, ular dan kerbau(tetonisme). Hal ini dianggap oleh
nenek moyang kita dapat menimbulkan kekuatan
magis(dynamisme).
Lukisan Babi Hutan - Lukisan Rusa -
dan Lukisan Cap Jari yang terdapat di Gua Leang-leang Maros Sulawesi Selatan


b)
Seni hias
Pada zaman prasejarah seni hias banyak digunakan sebagai jimat dan
sebagai alat upacara adat. Motif-motifnya diyakini mempunyai kekuatan
magis. Pola hias geometris (garis, titik, bidang ke ilmu ukuran) adalah pola
yang paling banyak digunakan. Pola yang lain adalah tumpal, meader, pilin
berganda, swastika, pola-pola ini dinggap mengandung arti social, religious dan
geografis.
c)
Seni kriya
1.Gerabah
Banyak ditemukan pada zaman neolithicum.
Pembuatan gerabah masih sederhana dengan pola hiasan anyaman, toheran, garis-garis sejajar dan lingkaran.
Perkembangan selanjutnya, masa perundagian, pola hias berkembang dari
lingkaran memusat menjadi titik dan lengkungan, pola anyaman, tumpal dan tangga maupun meader.
2.Benda Perunggu
Zaman perunggu berlangsung kurang lebih 500
tahun SM. Teknik pembuatannya adalah
. Contoh seni kriya logam perunggu:
•Kapak
corong/ kapak sepatu
•Kapak corong
• Nekara
Nekara adalah sejenis genderang
perunggu tertutup bagian sisi atasnya,
berpinggang tengah dan bertangkai. Nekara dianggap suci dan dipuja karena
merupakan bagian bulan yang jatuh dari langit. Nekara yang ditemukan di
Indonesia tidak semua berasal dari daratan
Asia,tetapi ada pula yang berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan
dengan penemuan cetakan nekara yang terbuat dari batu di desa Manuaba,
Bali. Dan cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut. Seni
Kriya Lainnya Seni kriya zaman perunggu diantarannya; gelang, biggel,
anting-anting, kalung, cincin dan bejana.
•Seni Bangun Megalithicum Kemunculan seni bangun pada masa itu dipengaruhi
oleh adat pemujaan roh nenek moyang, maka agar dapat berkomunikasi
dengan roh nenek moyang yang dipujanya dibuat lambang-lambang tertentu seperti
gambar, patung, kedok, menhir, dolmen, sakofah, keranda, punden berundak, kubur
batu dan manik-manik.
2.
Akulturasi Hindu Budha Dalam Bidang Seni Rupa
UNSUR SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA DI
INDONESIA
A.Ciri
–
Ciri Seni Rupa Indonesia yang
dipengaruhi oleh Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana
sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara
agama
c. Bersifat
Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum
agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi
kebudayaan India dengan indonesia
B.Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
Budha
a.
Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat
Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek
bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran
yaitu: - Halaman depan terdapat balai pertemuan - Halaman tengah terdapat balai
saji - Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
3) Bangunan Puri : Puri adalah bangunan yang
berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan bangunan
yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen),
tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.
b.
Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan
hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya
Trimurti:
Dewa Brahma Wisnu dan Siwa
. Untuk membedakan mereka setiap
patung diberi atribut ke-Dewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma
laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa).
Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan
sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb, Dalam agama Budha yang
dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara.
Setiap patung Budha memiliki tanda tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot
(ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang
(lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c.
Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi
sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai
tempatnya para Dewa oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan
suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta makhluk
azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)Hiasan Arsitektural ialah hiasan
bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hiasan menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian
atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll 2)
Hiasan bidang ialah hiasan bersifat
2 dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya :
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah
Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka,
Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna - Hiasan
pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
ukir umumnya berupa hiasan-hiasan
dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa.
Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau
relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan).
Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola hiasan lainnya berupa
daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung.
Pola ini menghiasi bidang naik horizontal maupun vertikal. Ada juga
bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan
putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak dibedakan berdasarkan warna,
melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda.
Beberapa candi memiliki relief yang
melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil dari kitab kesusastraan
ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan. Relief di
Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi).
Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang
dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi.
Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.
Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
Relief
candi Roro Jongrang
Yang Mengisahkan Cerita Ramayana |
a. Relief candi
Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan perbuatan manusia serta
hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha (Sudhana mencari ilmu).
b. Relief candi Roro
Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan Kresnayana. Seni patung yang
berkembang umumnya berupa patung atau arca raja pada sebuah candi. Raja yang
sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa.
Kesenian rupa zaman Hindu Budha yang
saat ini dapat kita liat yaitu, upacara bakar mayat di bali ( ngaben ), candi
borobudur di daerah Jawa tenga, dan tari kecak di Bali dan masih banyak lagi
peninggalan-peninggalan kebudayaan Hindu Budha yang dapat kita liat saat ini.
UNSUR-
d) Wayang
WAYANG SEBAGAI HASIL KARYA SENI MASA HINDU BUDHA
Sosok wayang
yang sekarang, sebenarnya merupakan perkembangan wayang yang telah ada sejak
zaman dulu (Hindu/ Budha). Tokoh-tokoh wayang bahkan dipandang sebagai leluhur
yg kemudian menurunkan raja-raja di Jawa. Sedangkan wayang zaman dulu merupakan
gambaran sosok pada masanya. Pada waktu itu bahkan sebelum masa Majapahit, baik
laki-laki maupun perempuan biasa mengenakan perhiasan telinga, sebagaimana yang
dapat kita lihat pada relief candi.
munculnya
ajaran Hindu dan Buddha ke area Asia Tenggara. Hal ini dipercaya menjadi
hipotesa bahwa seni ini datang dari India ataupun Tiongkok, dimana kedua negara
tadi memiliki tradisi yang telah berjalan turun-temurun tentang penggunaan
bayangan boneka atau pertunjukkan teater secara keseluruhan. Jivan Pani juga
pernah mengeluarkan pendapat bahwa wayang berkembang dari dua jenis seni yang
berasal dari Odisha, India Timur, yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah
teater boneka dan tarian Chhau. Meski begitu, banyak juga penceritaan sejarah
wayang yang memiliki dampak besar terhadap perkembangan teater boneka
tradisional.
MANFAAT SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA
BAGI MASYARAKAT INDONESIA
- Sebagai media religius yaitu
menciptakan sebuah seni rupa yang bersifat keagamaan
- Sebagai simbolis yaitu sebagai
simbol sebuah suku yang di percayai masyarakat
- Sebagai komersial yaitu
menciptakan sebuah seni rupa yang bertujuan untuk mendapatkan uang, seperti
souvenir
-Sebagai kesenian daerah ataupun
upacara-upacara yang di lakukan di tempat-tempat tertentu. Dari masuknya ajaran
Hindu Budha ke Indonesia, telah banyak karya-karya yang di ciptakan, berikut
karya-karya yang diciptakan :
1.Candi
.2Pahatan Batu
3. Patung/ Arca
3.
Akulturasi islam Dalam Bidang
Seni Rupa
Agama
Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India,
Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan
kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan.
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.
Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia IslamØ
a) Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan.
b) Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
Karya Seni Rupa Indonesia IslamØ
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.
Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia IslamØ
a) Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan.
b) Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
Karya Seni Rupa Indonesia IslamØ
1. Batu Nisan
Kebudayaan Islam dalam bidang seni,
mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu nisan. Batu nisan pada masa itu
adalah sesuatu yang baru. Kebudayaan terdahulunya, yaitu Budha dan Hindu,
penganutnya jika meninggal dibakar, dan abunya dibuang ke laut. Di Pasai masih
dijumpai batu nisan makam Sultan Malik
al-Saleh yang wafat tahun 1292, dan di Jawa, seperti makam Maulana Malik
Ibrahim di Gresik. Nisan itu umumnya didatangkan dari Gujarat sebagai
barang pesanan. Bentuknya lunas (bentuk badan kapal terbalik) yang mengesankan
pengaruh Persia. Bentuk-bentuk nisan kemudian hari tidak selalu demikian.
Pengaruh kebudayaan setempat sering mempengaruhi, sehingga ada bentuk teratai,
keris, atau bentuk gunungan, seperti gunungan pewayangan.
2.
Seni
Bangunan
Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.
Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.
Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup
3.
Seni Kaligrafi
Seni
kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam
menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat
suci Al – Qur’an. Tulisan yang diukir dikenal sebagai
epigrafi di indonesia dibagi 2 yaitu tulisan yang diukir pada nisan dan yang
diukir pada kayu sebagai hiasan. Kaligrafi arab pada nisan telah ditemukan dari
abad 11 di leran,Gresik berasal dari makam Fatimah Binti Maimun dengan tulisan
khath kufah. Kaligrafi pada nisan adalah yang terbanyak ditemukan di Indonesia
sehingga dapat dibagi 2 jenis.
Jenis pertama yang memperlihatkan pengenalan mendalam terhadap
corak kaligrafi seperti khath Thuluth, Kufah yang berasal dari Gujarat
,India seperti yang terdapat di Samudra
Pasai ,makam putri Nahrisah(abad 15) dan makam Maulana malik
Ibrahim,Gresik (abad 15).
4.
Seni Ukir
Di Indonesia ada perbedaan pendapat dalam seni lukis dan seni pahat. Adapaun timbulnya perbedaan
pendapat ialah dalam bentuk obyek dan motif yang di ukir
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis,
maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi
(disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
Daftar
Rujukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar