Kamis, 19 November 2015

MAKALAH SEJARAH “AKULTURASI DALAM BIDANG SENI RUPA


MAKALAH SEJARAH
“AKULTURASI DALAM BIDANG SENI RUPA “

GURU PEMBIMBING :SATRIAL YAQUB  S.Pd

     DISUSUN OLEH :
TAMA SILVIANA
XI IPS 1

SMA UNGGUL SAKTI
2015









KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,taufik dan hidayahNyalah penulis masih diberikan kesehatan maupun kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, Alhamdulillah penulis selalu tegar menghadapinya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pembuatan makalah ini. Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi kajian, pendekatan maupun cara penulisannya, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca, agar kedepannya penulis dapat membuat makalah sebaik mungkin.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, teman-teman mahasiswa lainnya dan juga tentunya bermanfaat bagi penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

JAMBI,17  NOVEMBER 2015
Penulis

                                                                                                            

















DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................
B. Rumusan Masalah  ...........................................................................................
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………………………

BAB II Pembahasan                 
1.      Seni Rupa Pada Tradisi  Lokal
2.      Akulturasi Hindu Budha Dalam Bidang Seni Rupa
3.      Akulturasi islam  Dalam Bidang Seni Rupa

BAB III Kesimpulan 
DAFTAR RUJUKAN














PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Seni rupa muncul dan berkembang di mulai sejak manusia dilahirkan di muka bumi. Sejak kecil manusia telah mampu merasakan keindahan karya seni, misalnya merasakan keindahan warna warni (seni rupa), keindahan senandung sang ibu (seni musik), dan keindahan lenggokan gerak (seni tari). Semasa hidup, manusia tidak bisa terlepas dengan kesenian. Manusia memerlukan rekreasi  untuk menyegarkan rohani/jiwa yang dapat dipenuhi dengan berkreasi, berekspresi dan menikmati karya seni. Karya seni rupa merupakan salah satu media ekspresi, kreasi dan rekreasi yang dapat memberi hiburan untuk kepuasan batin. Menikmati karya seni rupa murni merupakan suatu proses untuk menumbuh kemampuan berapresiasi.
Pada awalnya keberadaan seni rupa digunakan untuk upacara ritual suatu adat atau agama, karena itulah kebanyakan karya seni rupa yang diciptakan bersifat magis. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan seni rupa di wilayah Nusantara.


RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana bentuk-bentuk seni rupa pada tradisi lokal ?
2.      Apa saja hasil seni rupa pada tradisi lokal ?
3.      Bagaimana pengaruh akulturasi terhadap seni rupa di indonsia ?
4.      Apa Saja Hasil Akulturasi Budaya hindu budha Dalam seni rupa
5.      Apa Saja hAsil Budaya islam  Dalam seni rupa ?
TUJUAN
1.      Memberikan pengetahuan tentang akulturasi budaya lokal,hindu budha,islam dalam seni rupa
2.      Mengetahui perkembangan seni rupa di Indonesia
3.      Memberikan pengetauan tentang hasil karya dalam seni rupa dari budaya lokal, akulturasi hindu budha,islam, 
4.      Mengetahui pengaruh dari budaya hindu budha dan islam terhadap seni rupa di Indonesia






PEMBAHASAN

Akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.

menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi ketika kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu terkena budaya asing yang berbeda. Persyaratan proses akulturasi adalah senyawa (afinitas) bahwa penerimaan budaya tanpa rasa kejutan, maka keseragaman (homogenitas) sebagai nilai baru dicerna karena tingkat dan pola budaya kesamaan.
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
1.    Seni Rupa Pada Tradisi  Lokal
Secara umum, menurut para ahli, seni rupa pada zaman pra sejarah Indonesia memiliki tiga corak, yaitu monumental, dongson dan chow akhir.
Pada corak monumental, terutama yang berkembang di zaman neolitikum, karya seni rupanya memiliki ciri:
  • Bentuk tiga dimensional yang menggambarkan atau mewujudkan tokoh nenek moyang secara frontal.
  • Banyak memunculkan motif simbilik, seperti tanduk kerbau, pohon hayat dan kedok.
  • Memiliki irama garis yang bersudut – sudut, sederhana serta kaku.
Pada corak Dongson, ciri khas yang dapat dijumpai adalah:
  • Adanya pengaruh motif dari daerah Tonkin di China
  • Dekoratif
  • Kurang simbolik
  • Memiliki motif hias seperti tumpal dan spiral
Pada corak Chow akhir terdapat ciri:
  • Tidak simetris
  • Pola garis berirama seperti garis melengkung yang memenuhi permukaan
  • Hanya ditemukan di daerah Kalimantan
Jenis Peninggalan Seni Rupa pada Zaman Pra Sejarah
Ada banyak sekali peninggalan seni rupa pada zaman pra sejarah Indonesia, berikut adalah beberapa contoh yang banyak ditemukan:
a)      Seni bangunan
1)      Karya Seni Bangunan
Bangunan yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah (Mesolitikum) berupa gua-gua yang terdapat di daerah pantai seperti di pantai-pantai Sulawesi Selatan. Peninggalan yang berupa bukit kerang diketemukan di daerah Sumatera selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah sudah didirikan rumah panggung.
Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai berkembang dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai sekarang masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain bangunan dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal pula bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan kepercayaan, seperti :
o   Dolmen (bangunan makam)
o   Punden (bangunan berundak)
o   Menhir (bangunan tugu) 
   Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.

b)     Seni patung
 Karya Seni patung
Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal pada zaman Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan patung penolak bala. Gaya patungnya disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan, yaitu batu, kayu serta bahan lainnya, selain itu patungnya juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki ukuran besar dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis.
a)      Seni lukis
Nenek moyang melukis pada dinding goa dimana mereka tinggal. Contoh di gua leang-leang, lukisan cap-cap tangan diperkirakan berumur 4.000 tahun. ada tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan, gambar tangan dengan jari lengkap  bermakna sebagai penolak bala, sementara tangan dengan empat  jari saja berarti ungkapan berdukacita. Gambar itu dibuat dengan cara menempelkan tangan ke dinding gua, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Sat pewarna ini mungkin dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat di sekitar gua (di batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang mengatakan dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih. Selain itu ada lukisan babi hutan yang sedang diujudkan dengan garis-garis merah, terdapat bekas tonjokan benda tajam di lehernya. Motif yang lain adalah gajah, ular dan kerbau(tetonisme). Hal ini dianggap oleh nenek moyang kita dapat menimbulkan kekuatan magis(dynamisme).
Lukisan Babi Hutan - Lukisan Rusa - dan Lukisan Cap Jari yang terdapat di Gua Leang-leang Maros Sulawesi Selatan











b)      Seni hias
 Pada zaman prasejarah seni hias banyak digunakan sebagai jimat dan sebagai alat upacara adat. Motif-motifnya diyakini mempunyai kekuatan magis. Pola hias geometris (garis, titik, bidang ke ilmu ukuran) adalah pola yang paling banyak digunakan. Pola yang lain adalah tumpal, meader, pilin berganda, swastika, pola-pola ini dinggap mengandung arti social, religious dan geografis.

c)      Seni kriya
1.Gerabah
 Banyak ditemukan pada zaman neolithicum. Pembuatan gerabah masih sederhana dengan pola hiasan anyaman, toheran, garis-garis sejajar dan lingkaran. Perkembangan selanjutnya, masa perundagian,  pola hias berkembang dari lingkaran memusat menjadi titik dan lengkungan, pola anyaman, tumpal dan tangga maupun meader.


2.Benda Perunggu
 Zaman perunggu berlangsung kurang lebih 500 tahun SM. Teknik pembuatannya adalah
. Contoh seni kriya logam perunggu:
Kapak corong/ kapak sepatu
•Kapak corong
• Nekara
Nekara adalah sejenis genderang perunggu tertutup bagian sisi atasnya, berpinggang tengah dan bertangkai. Nekara dianggap suci dan dipuja karena merupakan bagian bulan yang jatuh dari langit. Nekara yang ditemukan di Indonesia tidak semua berasal dari daratan Asia,tetapi ada pula yang berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan cetakan nekara yang terbuat dari  batu di desa Manuaba, Bali. Dan cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut. Seni Kriya Lainnya Seni kriya zaman perunggu diantarannya; gelang, biggel, anting-anting, kalung, cincin dan bejana.
•Seni Bangun Megalithicum Kemunculan seni bangun pada masa itu dipengaruhi oleh adat pemujaan roh nenek moyang, maka agar dapat berkomunikasi dengan roh nenek moyang yang dipujanya dibuat lambang-lambang tertentu seperti gambar, patung, kedok, menhir, dolmen, sakofah, keranda, punden berundak, kubur  batu dan manik-manik.

2.      Akulturasi Hindu Budha Dalam Bidang Seni Rupa
UNSUR SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA DI INDONESIA



A.Ciri
 –
 Ciri Seni Rupa Indonesia yang dipengaruhi oleh Hindu
 a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
 c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
 d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia

B.Karya Seni Rupa Indonesia Hindu Budha

a.        Seni Bangunan:
 1) Bangunan Candi
 2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu: - Halaman depan terdapat balai pertemuan - Halaman tengah terdapat balai saji - Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
 3) Bangunan Puri : Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.
 
b.       Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti:
 Dewa Brahma Wisnu dan Siwa
. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut ke-Dewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb, Dalam agama Budha yang dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda  tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
 - Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
 - Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati

c.        Seni hias Hindu Budha

 Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta makhluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:

 - Hiasan mahkota pada atap candi
 - Hiasan menara sudut pada setiap candi
 - Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
 - Hiasan makara, simbar filaster,dll 2)

Hiasan bidang ialah hiasan bersifat 2 dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya :
 - Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna - Hiasan pola geometris
 - Hiasan makhluk khayangan
ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa.
 Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan).

Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.

Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal maupun vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. 
Beberapa candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi.

Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.


Relief-relief yang penting sebagai berikut.

Relief candi Roro Jongrang
Yang Mengisahkan Cerita Ramayana
a. Relief candi Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan perbuatan manusia serta hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha (Sudhana mencari ilmu).

b. Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan Kresnayana. Seni patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca raja pada sebuah candi. Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa.

Kesenian rupa zaman Hindu Budha yang saat ini dapat kita liat yaitu, upacara bakar mayat di bali ( ngaben ), candi borobudur di daerah Jawa tenga, dan tari kecak di Bali dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan kebudayaan Hindu Budha yang dapat kita liat saat ini. UNSUR-

d)     Wayang

WAYANG SEBAGAI HASIL KARYA SENI MASA HINDU BUDHA

Sosok wayang yang sekarang, sebenarnya merupakan perkembangan wayang yang telah ada sejak zaman dulu (Hindu/ Budha). Tokoh-tokoh wayang bahkan dipandang sebagai leluhur yg kemudian menurunkan raja-raja di Jawa. Sedangkan wayang zaman dulu merupakan gambaran sosok pada masanya. Pada waktu itu bahkan sebelum masa Majapahit, baik laki-laki maupun perempuan biasa mengenakan perhiasan telinga, sebagaimana yang dapat kita lihat pada relief candi.
munculnya ajaran Hindu dan Buddha ke area Asia Tenggara. Hal ini dipercaya menjadi hipotesa bahwa seni ini datang dari India ataupun Tiongkok, dimana kedua negara tadi memiliki tradisi yang telah berjalan turun-temurun tentang penggunaan bayangan boneka atau pertunjukkan teater secara keseluruhan. Jivan Pani juga pernah mengeluarkan pendapat bahwa wayang berkembang dari dua jenis seni yang berasal dari Odisha, India Timur, yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah teater boneka dan tarian Chhau. Meski begitu, banyak juga penceritaan sejarah wayang yang memiliki dampak besar terhadap perkembangan teater boneka tradisional.

MANFAAT SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA BAGI MASYARAKAT INDONESIA
- Sebagai media religius yaitu menciptakan sebuah seni rupa yang bersifat keagamaan
- Sebagai simbolis yaitu sebagai simbol sebuah suku yang di percayai masyarakat
- Sebagai komersial yaitu menciptakan sebuah seni rupa yang bertujuan untuk mendapatkan uang, seperti souvenir
 -Sebagai kesenian daerah ataupun upacara-upacara yang di lakukan di tempat-tempat tertentu. Dari masuknya ajaran Hindu Budha ke Indonesia, telah banyak karya-karya yang di ciptakan, berikut karya-karya yang diciptakan :
1.Candi
.2Pahatan Batu
 3. Patung/ Arca

3.     Akulturasi islam  Dalam Bidang Seni Rupa


Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan.
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.

    Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
Ø
a)    Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan.
b)    Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)

    Karya Seni Rupa Indonesia Islam
Ø
1.      Batu Nisan
Kebudayaan Islam dalam bidang seni, mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu nisan. Batu nisan pada masa itu adalah sesuatu yang baru. Kebudayaan terdahulunya, yaitu Budha dan Hindu, penganutnya jika meninggal dibakar, dan abunya dibuang ke laut. Di Pasai masih dijumpai batu nisan makam Sultan Malik al-Saleh yang wafat tahun 1292, dan di Jawa, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Nisan itu umumnya didatangkan dari Gujarat sebagai barang pesanan. Bentuknya lunas (bentuk badan kapal terbalik) yang mengesankan pengaruh Persia. Bentuk-bentuk nisan kemudian hari tidak selalu demikian. Pengaruh kebudayaan setempat sering mempengaruhi, sehingga ada bentuk teratai, keris, atau bentuk gunungan, seperti gunungan pewayangan.
2.      Seni Bangunan
 Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.

 Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup

3.       Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an. Tulisan yang diukir dikenal sebagai epigrafi di indonesia dibagi 2 yaitu tulisan yang diukir pada nisan dan yang diukir pada kayu sebagai hiasan. Kaligrafi arab pada nisan telah ditemukan dari abad 11 di leran,Gresik berasal dari makam Fatimah Binti Maimun dengan tulisan khath kufah. Kaligrafi pada nisan adalah yang terbanyak ditemukan di Indonesia sehingga dapat dibagi 2 jenis.

Jenis pertama yang memperlihatkan pengenalan mendalam terhadap corak kaligrafi seperti khath Thuluth, Kufah yang berasal dari Gujarat ,India seperti yang terdapat di Samudra Pasai ,makam putri Nahrisah(abad 15) dan makam Maulana malik Ibrahim,Gresik (abad 15).
Jenis kedua seniman ukir nisan kurang atau tidak mengenal gaya kaligrafi Islam seperti Makam islam Tralaya,Trowulan bekas ibukota Majapahit,membuktikan bahwa pada masa majapahit telah hidup masyarakat Islam.selain nisan ukiran kaligrafi juga dibuat pada kayu yang diukir pada bagian atas pintu, mimbar, mihrab.Ukiran pada kayu lebih bebas dan menunjukkan perpaduan antara pra islam dan Islam. Lukisan kaca dengan tema kaligrafi arab,terdapat di jawa timur,jawa tengah,madura,sumatra barat,yang paling menarik adalah lukisan kaligrafi kaca cirebon dimana tema -tema pra islam masih dipakai sampai saat ini seperti tema wayang, binatang khayal. Islamisasi di Indonesia berjalan dengan damai sehingga bentuk tokoh masa pra islam dapat digambarkan untuk tema-tema keIslaman misal bentuk ganesha yang bertuliskan syahadat. selain itu ada juga menggambarkan macan dikenal sebagai macan ali ada juga yang berbentuk kabah. Kaligrafi di Indonesia pada masa lalu jarang diterapkan dimasjid tetapi sekarang masjid yang baru dibangun banyak sekali menerapkan kaligrafi islam sebagai dekorasi. Perkembangan kaligrafi tidak hanya sampai masjid saja tetapi kini banyak dijadikan tema-tema lukisan modern yang dikenal sebagai lukisan kaligrafi
4.        Seni Ukir
Di Indonesia ada perbedaan pendapat dalam seni lukis dan seni pahat.  Adapaun timbulnya perbedaan pendapat ialah dalam bentuk obyek dan motif yang di ukir Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan


Daftar Rujukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar