Senin, 21 Maret 2016

TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA PARTAI KOMUNIS DI INDONESIA


A.    PERIODE SEBELUM TAHUN 1945
1.      Indisce social democratisce vereniging sebagai Embrio dari Partai Komunis di Indonesia
Pada tahun 1913, menjelang Perang Dunia I, seorang aktivis politik yang berhaluan Marxis berkebangsaan Belanda bernama H.J.F.M. Sneevliet tiba di Hindia Belanda dari negeri Belanda merupakan pemimpin dari organisasi buruh angkutan dan anggota Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP) di Belanda. Dikemudian ari Sneevliet berasil menanamkan pengaruhnya kedalam organisasi Vereniging van Spooren Tramsweg Personeel(VSTP) membawa VSTP keara aktivitas-aktivias yang radikal atau sebagai media penyebarluasan Marxisme di Hindia Belanda. Pada tahun 1914 bersama J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bergsma mendiriksn organisasi Marxis yang pertama di Asia Tenggara, dengan sebutan Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV). Setahun kemudian mereka menerbitkan majalah  Het Vrije Woord (suara kebebasan) di Surabaya sebagai media propaganda Marxisme¸ISDV juga menerbitkan surat kabar Soeara Mardika dan kemudian Speara Rakjat namun pada saat itu belum dianggap sebagai ancaman terhadap kelangsungan pemerintah.

2.      Infiltrasi komunis ke dalam Sarekat Islam, melalui Taktik Keanggotaan Rangkap
Untuk melaksanakan penyebaran ajaran Marxisme di Hindia Belanda Sneevliet memasukkan anggota ISDV menjadi anggota SI begitupun sebaliknya. menyebabkan SI terpecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI merah, adapula SI merah yang menganut paam Marxisme. Pada tahun 1917 golongan komunis berhasil melaksanakan revolusi di Rusia dan dimanfaatkan oleh Sneevliet yang dengan terang-terangan menerukan agar penganut Marxisme di Indonesia mengikuti Rusia.ISDV banyak melakukan pengahasutan kepada serdadu-serdadu dan pelaut untuk berdemonstrasi kepada polisi. ISDV mendorong tokoh-tokoh nasionalisme untuk menuntuk pemerintah Hindia-Belanda menggantikan Volksraad dengan Parlemen raakyat. Pada taun 1918-1923 Pemerintah Hindia-Belanda mengusir Sneevliet dan kelompok radikal lainnya dari HIndia-Belanda.


3.      Munculnya Perserikatan Komunis di Hindia Belanda sebagai Bagian dari Jaringan Komunis Internasional
semaoen dan Darsono yang menjadi kader komunis muncul sebagai pimpinan ISDV, dalam kongres ISDV VII  pada tanggal 23 Mei 1920 di kantor SI di Semarang diusulkan oleh Baars agar ISDV diubah menjadi perserikatan komunis di Hindia Belanda sebagai bagian dari jaringan Komunis Internasional (Komintern). Perserikatan komunis di HIndia Belanda dengan
ketua: Semaoen,
wakil ketua :Darsono,
sekretaris :P.Bergsma,
Bendahara: H.W. Dekker
Urusan keanggotaan: Baars

Kongres kedua perserikatan komunis Hindia Belanda diputuskan untuk bersaing melawan SI sebagai organisasi politik yang haluannya berbeda. Pada tahun 1923 terjadinya pengusiran toko-tokoh pemimpin perserikatan Komunis di Hindia Belanda maka terjadilah kemerosotan kepemimpinan karena kurangnya tenaga-tenaga inti sehingga berakibat timbulnya tindakan-tindakan sendiri berupa aksi terror tanpa adanya intruksi dari pemimpin. Kongres PKI pada bulan Desember 1924 di kota gede, Yogyakarta mengambil keputusan untuk melebur sarekat rakyat ke dalam PKI.

4.      Pergolakan Rakyat Tahun 1926-1927
Dengan penggabungan antara SI dan PKI berhasil mencetuskan beberapa pergolakan rakyat di beberapa tempat. Dengan adanya pergolakan tersebut banyak tokoh-tokoh komunis dan nasionalisme yang ditangkap dan dipenjarakan,bahkan dibuang di Tanah Merah, Irian Jaya.



5.      PERIODE PROKLAMASI DAN PERANG KEMERDEKAAN, TAHUN 1945-1949
1.      Absennya PKI dalam persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan
Sejak gagalnya pergolakkan rakyat melawan pemerintah Hindia Belanda dalam tahun 1926-1927 kegiatan PKI tidak muncul kembali. 1942 seorang tokoh komunis menyusup kedalam Gerindo sebagai anggota resmi namun tertangkap Jepang dan diselamatkan atas permintaan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sampai tercetusnya kemerdekaan Indonesia tidak adanya tokoh komunis dalam BPUPKI dan PPKI maupun aktivitas lain.

2.     Pemberontakan Lokal PKI terhadap Pemerintah Republik Indonesia
a.       Peristiwa Tiga Daerah Di Jawa Tenga, Pada Bulan Desember 1945
b.      Pemberontakan PKI Di Madiun, Pada Bulan September 1948

6.               PERIODE DEMOKRASI LIBERAL DAN DEMOKRASI TERPIMPIN, TAHUN 1950-1965
1.    PKI pada Masa Demokrasi Liberal, tahun 1950-1959
PKI berhasil mengadakan aliansi dengan Partai Nasional Indonesi(PNI) dan memberikan dukungan penuh dengan imbalan menghapus kecurigaan dan sikap anti PKI.  Pada pemilihan Umum tahun 1955 PKI berhasil mengumpulkan 6 juta suara pemilih namun tidak mampu meduduki kursi dalam kabinet. Kemenangan PKI dicapai pada tahun 1955,atas kemenangan itu PKI kembali untuk mewujudkan tujuan politiknya yakni membentuk Negara dan masyarakat komunis. Untuk mencapai tujuan politik tersebut PKI menanamkan beberapa pengaruhnya terhadap kehidupan bernegara, adapun pengaruhnya sebagai berikut :
a.       Dibidang ideology, PKI berusaha mengganti sila pertama dari pancasila yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi “Kemerdekaan Beragama”
b.      Dibidang Politik dan militer, Membentuk strategi politik yang mereka sebut Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan(MKTBP) sala satu sasarannya adalah menanamkan paham komunis di kalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
2.    PKI Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1965
Kegagalan menyusun UUDS menyebabkan terbentuknya GBNH yang diketuai oleh D.N. Aidit, ketua CC PKI. Dan menjadikan Front Nasional sebagai alat politik PKI. Untuk memperolah perimbangan kekuatan PKI melakukan “ofensif manipolis” dan ditingkatkan menjadi” ofensif revolusioner”yang ditunjukkan kepada semua kekuatan sosial yang tidak mereka senangi. Untuk beberapa kali D.N. Aidit dipanggil oleh Panitia Tiga Menteri dari hasil penyelidikan  dapat disimpulkan bahwa PKI mempunyai tujuan lain baik politik maupun ideologis. Sekedar untuk meningkatkan eksistensinya PKI menyatakan menerima UUD 1945 dan pancasila namun dalam perkembangannya PKI menganggap pancasila hanya sebagai alat pemersatu.
Tahun 1964 intensitas ofensif revolusioner PKI semakin ditingkatkan, selama taun 1964 dicatat sejumlah aksi yang dilakukan PKI :

a.       Gerakan riset di kecamatan-kecamatan untuk memastikan kekuatan apa ang ole PKI sebut petani miskin
b.      Aksi yang menuntut penyitaan milik Inggris dan Amerika Serikat.
c.       Aksi menuntut retooling, tuntutan penggantian pejabat yang anti PKI dan aksi tunjuk hidung
d.      Pengindonesiaan Marxisme
e.       Aksi terror diberbagai daerah

7.      LANGKAH-LANGKAH YANG DIJALANKAN OLEH PKI
1.      Akso subversi tahun 1954-1965
2.      Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan tahun 1954
3.      Manipulasi PKI terhadap pidato-pidato Presiden Soekarno tahun 1960-1965
4.      Pembentukan biro khusus PKI, tahun 1964
5.      Penyusupan PKI dalam jajaran ABRI
6.      Penyusupan PKI kedalam aparur Negara
7.      Penyusupan ke dalam partai politik dan organisasi masa
8.      Tuntutan PKI untuk membentuk dan mempersenjatai angkatan V

BAB III
PERSIAPAN PEREBUTAN KEKUASAAN/PEMBERONTAKAN PARTAI KOMUNIS MELALUI GERAKKAN 30 SEPTEMBER


A.    PKI MELAKSANAKAN PENINGKATAN SITUASI OFENSIF REVOLUSIONER
Beberapa hal-hal dalam tahap ofensif :
1.      Sabotase,aksi sepihak, dan terror
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan :
a.       Tindakan sabotase terhadap transportasi umum KAI oleh serikat buruh kereta api
b.      Aksi sepihak BTI(barisan tani Indonesia)
Aksi masa dan aksi sepihak secara sistematis dan terencana sebagai berikut :
·         Aksi massa BTI di Jawa Tengah(26 maret 1964)
·         Aksi massa BTI di Jawa Barat(15-16 oktober 1964)
·         Aksi massa BTI Di Jawa Timur (15 januari 1965)
·         Aksi sepihak BTI di Sumatra Utara(14 mei 1965)
c.       Aksi-aksi Teror
·         Peristiwa Kanigoro Kediri(13 Januari 1965)
·         Perusakan Kantor Gubernur Jawa Timur(27 september 1965)
·         Aksi Massa dan Demonstrasi Anti Amerika(28 februari 1965)
·         Aksi pengganyangan terhadap manifest kebudayaan PKI
2.      Agitasi dan Propaganda
Berbagai agatasi dan propaganda yang bertujuan membangkitkan situasi ofensif revolusioner,antara lain:
a.       Pernyatan ketua CC PKI D.N. Aidit
·         Mengomandokan supaya memperhebat ofensif revolusioner di segala bidang
·         Manipol harus dibela dengan senjata, manipol tidak dibela dengan tangan kosong oleh karena itu latian militer penting untuk orang-orang revolusioner manipolis
·         Pemasangan poster,slogan tertulis pada saat berlangsungnya peringatan HUT PKI Ke-45
·         Politburo CC PKI mengeluarkan seruan tentang pelancaran ofensif revolusioner
b.      Pernyataan Moh. Munir didepan massa Sarbupri tanggal 26 september 1965
c.       Pernyataan Dr. soebandrio Menlu/kepala BPI?Waperdam I di depan Kongres Sarbupri awal September 1965
d.      Pernyataan Wakil Sekjen Pengurus Besar Front Nasional Amir Anwar Sanusi dihadapan para sukarelawan BNI
e.       Koran PKI, Harian Rakjat dengan penuh ancaman menulis tajuknya tanggal 30 September 1965
B.     AKSI FITNAH TERHADAP PIMPINAN ANGKATAN DARAT TAHUN 1965
a.      Isu “Dewan Jendral” mei 1965
Lingkup pengembangan isu”Dewan Jendral” adalah sebagai berikut :
·         Penyebaran isu tentang adanya “Dewan Jendral” dalam tubuh TNI-AD yang bertujuan agar menciptakan kesan bahwa TNI-AD merupakan kekuatan yang bersifat”kanan”(pendukung Nekolim) dan anti PKI
·         Menghilangakn kepercayaan terhadap TNI-AD  dan mengadu domba antara TNI-AD dan Presiden Soekarno
·         Menyebar luaskan kesan bahwa TNI-AD telah menghianati perjuangan rakyat Indonesia
·         Menciptakan Isu Kabinet Dewan Jendral
·         Dalam rangka meniapkan Gerakan 30 September, biro khusus secara Intensif menggarap anggota ABRI yang telah dilatihnya
b.      Isu “Dokumen Gilchrist”



C.    KEPUTUSAN CC PKI UNTUK MELANCARKAN GERAKAN PEREBUTAN KEKUASAAN
a.       Pelatian Kemiliteran PKI di Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Bulan Juli-September 1965
b.      Rapat dan Diskusi Politbiro CC PKI, Bulan Agustus 1965
BAB IV
PELAKSANAAN AKSI PEREBUTAN KEKUASAAN/PEMBERONTAKAN PKI

A.    AKSI BERSENJATA GERAKAN 30 SEPTEMBER PADA AWAL OKTOBER 1965
1.      TINGKAT PUSAT DAN JAKARTA
a.       Pembagian  Tugas Pasukan Penculik
1)      Pasukan Pasopati bertugas menculik para jendral pimpinan TNI-AD dan membawanya kelubang buaya
2)      Pasukan Bima Sakti bertugas menguasai kota Jakarta yang dibagi atas 6 sektor
3)      Pasukan Gatotkaca berfungsi sebagai pasukan cadangan yang bertugas menampung tawanan hasil penangkapan serta melaksanakan pembunuhan dan penguburan korban penculikan
2.      DI JAWA BARAT
3.      DI JAWA TENGAH
4.      DI YOGYAKARTA
5.      DI JAWA TIMUR
6.      DI SUMATRA UTARA
7.      DI SUMATRA BARAT’
8.      DI RIAU
9.      DI BALI
10.  DI KALIMANTAN SELATAN
11.  DI NTT

BAB V
PENUMPASAN AKSI GERAKAN 30 SEPTEMBER

A.                TINDAKAN KOMANDO TJADANGAN STRATEGIS ANGKATAN DARAT
Mengkonsolidasikan dan menggerakkan personil Markas Kostrad dan satuan-satuan lain di Jakarta yang tidak mendukung gerakan 30 september disertai dengan usaha menginsafkan kesatuan yang digunakan oleh gerakan 30 september .

      Penumpasan di Jakarta
Usaha penumpasan G 30 S/PKI sedapat mungkin di lakukan tanpa bentrokan senjata. Anggota pasukan Batalyon 530/Brawijaya minus 1 Kompi, berhasil di insafkan dari pemberontakan dan berhasil ditarik ke markas Kostrad di Medan Merdeka Timur. Anggota Batalyon 545/Diponegorosekitar puluk 17.00 di tarik mundur oleh pihak pemberontak ke Lanuma Halim Perdanakusuma. Sekitar pukul 19.15pasukan RPKAD sudah berhasil menduduki RRI dan Gedung Telekomunikasi dan mengamkan pemberontakan tanpa bentrokan senjata. Sementara itu pasukan-pasuka yang lain berhasil pula mengamkan pemberontakan. Setelah diketahui bahwa pusat pemberontakan di sekitar Lanuma Halim PerdanaKusuma, langkah selanjutnya adalah membebaskan Pabgkalan Udara Halim. Banyak kejadian penting terjadi pada penumpasan G 30 S/PKI. Sekalipun peranan PKI makin terungkap sebagai dalang peristiwa G 30 S/PKI dan demonstrasi menuntut pembubaran PKI semkain memuncak, namun presiden Soekarno belum menganbil langkah – langkah ke arah penyelesainan politik daripada masalah G 30 S/PKI sebagaimana di janjikanya. D.N Aidit dalam pelarianya, tanggal  Oktober 1965 mengiri surat kepada Presiden, yang mengusulkan supaya melarang adanya pernyataan-pernyataan yangbersifat mengutuk G 30 S serta melarang adanya Tuduh menuduh serta salah menyalahkan, diharapkan amarah Rakyat terhadap PKI reda, namun aksi-aksi terus berjalan. Dalam pada itu Papelrada – Papelrada ( Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah ) yakni Kodam, berturut – turut mebekukan PKI dan Ormas-ormasnya.

b.      Penumpasan Di Jawa Tengah
Diantara pemberontakan G 30 S/PKI daerah yang paling gawat keadaannya adalah Jakarta dan Jawa Tengah.   
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pemberontakan PKI ini juga terjadi di Solo, Salatiga, Klaten, Boyolali, Semarang dengan menguasai beberapa tempat penting sperti RRI dan Gedung Telekominikasi. 
Jawa tengah merupakan basis PKI yang kuat, oleh karena itu Aidit memilih Jawa Tengah sebagai tempat pelariannya. Akan tetapi dengan usaha dari komando ABRI berturut-turut kota yang pernah dikuasai oleh pihak G 30 S/PKI berhasil direbut kembali. Sebelum tertangkap tanggal 22 November 1965 di Jawa Tengah,  D. N Aidit mengeluarkan “Instruksi Tetap” pada tanggal 10 November 1965 yang ditujukan kepada seluruh CDB PKI seluruh Indonesia. Setelah dikeluarkan nya Instruksi Tetap Aidit gerakan pengacauan PKI mulai melemah dan pembubaran serat pembakaran Bendera PKI dialkukan. Entah karena alasan apa kurang jelas karena Keinsafan atau taktik semata sesuai dengan Istruksi tetap Aidit. Terbukti PKI masih mendirikan SPR (Sekolah perlawanan Rakyat), KKPR (Kursus Kilat Perang Rakyat), serta menyusun Kompro-kompro (Komite Proyek) sebagai Basis menuju Camback nya PKI. Dengan pembentukan badan-badan diatas terbukti PKI juga tetap melancarkan usaha pengukuhan kembali. Tetapi penumpasan PKI di berbagai daerah tetap dilaksakan. Misalnya di Blitar Selatan PKI menpengaruhi rakyat dengan 3T (tidak tahu, tidak mengerti, tidak kenal) dan operasi penumpasan ini diberi nama operasi Trisula dilaksakan pada tanggal 3 juli 1965 dan mengimbangi 3T dengan 3M ( Menyerah, Membantu, atau Mati) penumpasan PKI dan ormas-ormasnya pun terus-menerus dilakukan.
Penyelesaian Aspek politik sebagaimana diputuskan dslam sidang kabinet Dwikora 6 Oktober 1965 akan ditangani langsung oleh presiden Soekarno. Dan aksi penghapusan terhadap Pki terus meningkat, yang dipelopori oleh KAPPI, KAMI, KAPI, KABI, KASI, KAWI, KAGI, dan lainnya. Dan kemudian membulatkan kesatuan dalam barisan dan membentuk Front Prancasila.
            Setelah lahirnya Front Pancasila tuntutan pembubaran PKI terus meningkat. Konflik politik makin menjurus dan situasi ekonomi semakin memburuk. Lalu tercetuslah Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat ( Tritura). Pada tanggal 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan Front Pancasial ini mendatangi gedung DPR-GR mengajajukan 3 buah Tuntutan yaitu :
TUNTUTAN PEMBUBARAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA
tuntutan yang dikenal Tuntutan Rakyat(TRITURA) yang intinya adalah:
a.       Bubarkan PKI
b.      Bersihkan kabinet dari unsure G-30-S/PKI
c.       Turunkan harga-harga

B.     SURAT PERINTAH 11 MARET
Adapun isi SUPER SEMAR tersebut antara lain, adala agar Letjen TNI Soeharto atas nama presiden mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin keamanan dan ketertiban serta jalannya pemerintah dan revolusi Indonesia serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden demi keutuhan bangsa dan Negara Republik Indonesia dengan  mengadakan koordinasi bersama Panglima Angkatan lainnya.
Pada tanggal 12 Maret 1966 Letjen TNI Soeharto atas nama presiden /Mendataris MPRS menandatangani Surat Keputusan Presiden/Pangti/Mandataris MPRS/PBR No. 1/3/1966 yaitu pembubaran PKI dan organisasi yang bernaung  dan berlindung dibawahnya serta menyatakan organisasi terlarang diseluruh NKRI.






BAB VI
KEGIATAN BERSENJATA PKI PASCA GAGALNYA G 30-S/PKI DAN PENUMPASANNYA
A.    UPAYA PKI MENYELAMATKAN DIRI
D.N. Aidit berpindah-pindah dari Yogyakarta ke Semarang dan Sala, memberikan perintah kepada pemimpin PKI setempat untuk menyusun Dewan Revolusi. M.H.Lukman  diperintahkan untuk kembali ke Jakarta untuk melakukan upaa-upaya penyelamatan PKI agar tidak bubar namun berhasil di bekukan ole Pepelrada  jaya, mengadakan siding CDB ang mendapatkan realisasi hasil keputusan berupa terjadinya pemogokan di Stasiun Kereta Api Sala Balapan pad a tanggal 19 oktober 1965, demonstrasi massa PKI yang berusaha menghambat gerakan  pasukan RPKAD serta serangan terhadap masyarakat yang anti G-30-S/PKI.


B.     STRATEGI BARU PKI : KRITIK OTO KRITIK DAN TRIPANJI
 Pada bulan September 1966 Sudisman bersama Rewang dan Oloan Hutapea dibantu Sukatno menggariskan kembali dasar-dasar perjuangan PKI yang disebut Tripanji Partai Komunis Indonesia yang dimuat dalam dokumen “Kritik Oto Kritik” sebagai berikut :

1)      Panji pertama, pembangunan kembali Marxis?Leninis ang bebas dari subjektivisme, revisionism, dan oportunisme
2)      Panji kedua, PKI harus didasarkan perjuangan pada perjuangan(Perjuta)
3)      Panji ketiga,PKI harus menggalang front persatuan nasional ang revolusioner yang terdiri atas buruh,tani,borjuasi kecil, borjuasi nasional sebagai faktor tambahan


C.    KEGIATAN BERSENJATA PARTAI KOMUNIS INDONESIA SETELAH GAGALNYA GERAKAN 30 SEPTEMBER
1.      Pemberontakan bersenjata di Blitar Selatan, Jawa Timur, tahun 1966-1968
2.      Pemberontakan bersenjata di Jawa Tengah, tahun 1967-1968

D.    PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP PELAKU ANGGOTA G-30-S/PKI
Tindakan hukum terhadap PKI,sebagai partai politik yang mendalangi G-30-S/PKI adalah Keputusan Pemerintah sejak tanggal 12 Maret 1966 untuk membubarkan PKI. Tindakan  pemerintah kemudian disahkan oleh MPRS berdasarkan TAP MPRS No.XXV?MPRS/1966

Terhadap anggota PKI dan pendukungnya, pemerintah telah menggolongkan mereka dalam 3 golongan  :

1.      Golongan A mereka langsung yang terlibat dalam pemberontakan  G-30-S/PKI baik pusat maupun daerah, pemerintah memproses melalui siding pengadilan
2.      Golongan B mereka yang telah disumpah atau menurut saksi adala anggota PKI atau yang berhubungan, pemerinta melakukan pemisahan mereka dari masyarakat dengan cara mengumpulkan mereka dalam satu tempat agar menghindari kemarahan rakyat
3.      Golongan C mereka yang pernah terlibat dalam PKI Madiun, pemerintah  memberikan bimbingan dan mereka bebas hidup di dalam masyarakat.
Pembubaran PKI dan dilarangnya paham Komunisme/marxisme-Leninisme diseluruh Indonesia dalam keterangan MPRS No.XXV/MPRS/!966 serta mengembalikan pancasila sesuai dengan pengertian yang benar



PENUTUP
KESIMPULAN

Seluruh aksi subversi, upaya kudeta, serta pemberontakan bersenjata PKI dapat berulang kali terjadi di Indonesia justru oleh karena adanya peluang yang terbuka dalam pemikiran, sikap, perilaku, serta perbuatan kita sendiri, khususnya oleh karena lalai terhadap ancaman yang terkandung dalam ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dan Gerakan Komunis Internasional.
            Majelis Permusyawaratan Rakyat yang telah menetapkan keputusan konstitusional, melarang paham Komunisme/Marxisme-Leninisme untuk selama-lamanya, dan Partai Komunis Indonesia beserta seluruh anak-anak organisasi dibubarkan serta dinyatakan sebagai organisasi terlarang.